BONE--Kasus penembakan pengacara kondang, Rudi S Gani menghebohkan masyarakat.
Banyak yang kemudian merasa tidak aman, setelah munculnya kasus penembakan misterius tersebut.
Ditambah, hingga saat ini, Polres Bone tak kunjung meringkus pelaku penembakan tersebut.
Praktisi sosial, Rahman Arif menilai, polisi khususnya unit Intel Polres Bone kebobolan. "Selama ini Polres Bone terlalu banyak urus pilkada, lupa kalau keamanan masyarakat juga sangat penting," katanya.
Ia menegaskan, masyarakat butuh rasa aman. "Teror penembak misterius saat ini sangat meresahkan masyarakat," tukasnya.
Praktisi kebijakan publik, Ali Anas juga mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus ini. "Harus segera diusus tuntas kasus ini. Jangan biarkan masyarakat terus larut dalam ketakutan terkait adanya petrus (Penembak misterius) ini," ucapnya
Organisasi Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Sulawesi Selatan mendesak Polda Sulsel mengusut tuntas dan menangkap pelaku penembakan yang menewaskan pengacara Rudi S Gani (49) di Kabupaten Bone, saat korban sedang makan malam bersama keluarganya jelang tahun baru.
"Kami di sini selaku advokat dengan berbagai koalisi itu untuk mengusut sekaligus melakukan pengawalan terhadap perkara yang sedang berjalan ini," kata Sekretaris Pusat Bantuan Hukum Peradi Sulsel, Sainal Abdi, Kamis 2 Februari 2024.
Kasus penembakan terhadap pengacara, Rudi S Gani (49) terjadi pada saat korban bersama istri dan keluarganya sedang makan malam menjelang pergantian tahun baru di Kabupaten Bone, Selasa (31/12), sekitar pukul 21.50 WITA.
"Sementara makan-makan sama keluarga tiba-tiba ada suara ledakan langsung dia tergeletak begitu saja," kata istri korban Maryam di Makassar, Rabu (1/1).
Maryam menerangkan pada saat makan malam itu dirinya berada disamping korban, sementara rumahnya lagi direnovasi. Kemudian datang sebuah mobil yang parkir di depan rumah korban.
"Dia di samping saya, tidak ada (orang) karena gelap. Tidak ada diperhatikan, karena kita di situ sementara makan," ungkapnya.
Setelah ditembak korban langsung jatuh tergeletak, Maryam awalnya mengira suaminya mengalami pecah pembuluh darah.
"Saya belum melihat luka pada saat itu, pemikiran saya itu pecah pembuluh darah karena darah keluar, saya periksa ternyata tidak, saya periksa saya lihat ada memar di samping hidung. Terus baru saya tahu saat polisi bilang ini ditembak," ungkapnya.
Kata Maryam, suaminya meninggal setelah tertembak di bagian samping hidungnya. Jenazah korban saat ini telah dibawa dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Pangkep, Sulsel.
"Satu di bagian samping hidung, saya periksa hanya di bagian hidung," ucapnya.
Kasi Humas Polres Bone, Iptu Rayendra Muhtar menuturkan, pihaknya juga membentuk tim gabungan untuk mengusut kasus ini.
"Saat ini kami masih melakukan penyelidikan dan telah membentuk tim gabungan yang terdiri dari Reskrim, Intelkam, maupun unit Narkoba untuk menyelidiki kasus ini," kata Iptu Rayendra.
*