‘Ayam’ Jantan dari Timur: Andi Amran Sulaiman, The Next Generation JK

  • Bagikan

Oleh Dr Andi Abbas, SH., MH., M. SI
Pemerhati Sosial

Ada satu kisah yang terus bergema di lorong-lorong waktu Sulawesi Selatan—tentang para putra terbaik yang menjelma menjadi tokoh bangsa. Dari Syekh Yusuf yang menjunjung tinggi nilai spiritualitas, hingga Jusuf Kalla yang menjadi simbol kemapanan, kepemimpinan, dan kemampuan menjembatani sekat-sekat perbedaan di negeri ini. Hari ini, sejarah seakan sedang bersiap menulis babak baru dari tanah Bugis-Makassar. Nama itu: Andi Amran Sulaiman.

Terpilihnya Andi Amran sebagai Ketua Umum Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) bukanlah sekadar amanah organisasi. Ia adalah pesan simbolik: bahwa publik Sulsel memercayakan wajah masa depan mereka kepada sosok yang bukan hanya sukses secara ekonomi, tapi juga matang dalam spiritualitas, cemerlang dalam nalar, dan kuat dalam jejaring sosial.

Potret dari Timur

Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah yang kaya akan budaya, sejarah, dan tokoh besar. Istilah “Ayam Jantan dari Timur” bukan hanya legenda di mata orang Bugis-Makassar. Ia adalah identitas, nyali, dan keberanian dalam menghadapi kerasnya dunia. Dari tanah ini, lahir pula Syekh Yusuf Al-Makassari, ulama pejuang yang jejak spiritualnya menembus benua Afrika. Kemudian muncul nama Jend (Purn) M. Yusuf, mantan Menhankam Pangab era Orde Baru yang dikenal tegas, jujur dan patriotik. Tidak kalah gemilang, Baharuddin Jusuf Habibie—sang cendekia—mewariskan intelektualitas luar biasa, sekaligus menjadi simbol Indonesia di panggung teknologi global.

Namun, puncaknya adalah Jusuf Kalla. Ia menyempurnakan narasi “Ayam Jantan dari Timur” dengan ketegasan, kecerdasan, kedermawanan, dan kemampuan menjalin relasi politik lintas ruang. Dari dunia usaha hingga ke puncak kekuasaan RI-2, JK telah membuktikan bahwa seorang anak Bugis bisa menembus segala batas.

Hari ini, publik menyaksikan figur lain yang tidak kalah menginspirasi: Andi Amran Sulaiman. Ia adalah manifestasi modern dari warisan spiritual, intelektual, keberanian, kejujuran dan kejayaan ekonomi para pendahulunya. Dengan latar belakang akademisi dan pengusaha sukses, lalu dua kali menjadi Menteri Pertanian, kini ia memikul harapan baru sebagai “The Next JK”.

Lebih dari Sekadar Ketua KKSS

Pemilihan Andi Amran sebagai Ketua Umum KKSS bukanlah hal biasa. Di balik forum Musyawarah Besar itu, tersembunyi keinginan kolektif masyarakat Sulsel di seluruh Indonesia: ingin punya representasi yang kuat di level nasional. KKSS bukan hanya organisasi paguyuban—ia adalah jejaring kekuatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik diaspora Sulsel yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Maka saat Andi Amran terpilih, sejatinya itu adalah restu budaya. Restu dari sejarah. Sebuah legitimasi moral bahwa beliau telah menyatu dalam semangat Bugis-Makassar yang merantau bukan untuk bertahan, tapi untuk menang.

Andi Amran adalah figur lengkap. Latar belakang akademiknya sebagai doktor di bidang pertanian menjadikannya punya intellectual capital yang kuat. Jejak bisnisnya yang sukses sebagai pengusaha sekaligus penemu racun tikus memperlihatkan bahwa ia memiliki economic capital yang kokoh. Rekam jejaknya di pemerintahan selama dua periode menjadi Menteri Pertanian memperlihatkan bahwa ia punya jejaring sosial-politik yang luas dan dipercaya. Di sisi spiritual, ia dikenal sebagai pribadi yang religius dan sederhana, jauh dari polesan pencitraan.

Standar Pemimpin Zaman Baru

Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, Indonesia memerlukan pemimpin yang tidak hanya cerdas, tapi juga kuat secara karakter dan iman. Dunia telah berubah. Krisis iklim, teknologi digital, dan geopolitik membutuhkan sosok yang tangguh, adaptif, dan punya strong leadership.

Ciri-ciri kepemimpinan kuat itu setidaknya mencakup lima hal: intelektualitas, relasi sosial yang kokoh, kekuatan finansial, karakter yang kuat, serta standar religiositas yang jelas. Andi Amran Sulaiman, dengan perjalanan hidupnya, memenuhi lima syarat itu.

Ia tidak hanya pintar, tapi juga bijak. Tidak hanya punya uang, tapi juga dermawan. Tidak hanya bergaul di ruang elit, tapi juga tetap membumi di sawah-sawah petani. Tidak hanya saleh secara personal, tapi juga menjadikan nilai spiritual sebagai kompas kepemimpinan.

Menjembatani Harapan ke Istana

Menariknya, munculnya nama Andi Amran sebagai “The Next JK” bukanlah hal mengada-ada. Ini adalah spektrum harapan yang mulai mengkristal. Jusuf Kalla adalah figur langka yang bisa menjembatani Islam, nasionalisme, bisnis, dan politik dalam satu tubuh. Dan kini, sosok itu mulai tampak dalam diri Andi Amran.

Memang, Andi Amran Sulaiman belum pernah menjadi Wakil Presiden. Tapi jalan yang dilalui mirip: dari dunia usaha, kemudian masuk ke kabinet, lalu menjadi magnet kekuatan sosial-budaya Bugis-Makassar. Jika JK bisa mengangkat marwah Sulsel hingga ke istana, publik tentu punya ekspektasi yang sama kepada Andi Amran Sulaiman.

Apalagi, Andi Amran tidak hanya punya narasi personal, tapi juga kolektif. Ia tidak hanya bicara tentang dirinya, tapi tentang kampung halamannya, tentang petani-petani kecil yang ingin bangkit, tentang masyarakat Sulsel yang ingin punya suara lebih keras di Jakarta. Ini bukan ambisi pribadi, ini mimpi bersama.

Sosok yang Mewakili Zaman

Di tengah kecemasan publik terhadap krisis kepemimpinan nasional, Andi Amran hadir sebagai jawaban: representasi dari timur yang membawa semangat kemajuan dan nilai kearifan lokal. Sosok yang bisa menyentuh elite Jakarta, sekaligus menampung aspirasi rakyat di desa. Sosok yang bisa bertemu presiden, tapi juga tidak canggung duduk bersila dengan petani di pematang sawah.

Dalam satu kesempatan, Andi Amran pernah berkata bahwa jabatan itu bukan tujuan, tapi amanah. Kalimat ini sederhana, namun menjadi refleksi dalam tentang bagaimana ia memandang kekuasaan. Ia tidak haus jabatan, tapi siap memikul tanggung jawab jika rakyat menghendaki.

Arah Baru dari Selatan

Kini, bola harapan itu sudah digulirkan. Dari lorong-lorong pesantren hingga ruang-ruang rapat diaspora Sulsel, nama Andi Amran semakin nyaring dibicarakan. Ia bukan hanya Ketua KKSS, bukan hanya Menteri, tapi simbol dari generasi baru yang siap melanjutkan jejak para tokoh besar dari timur.

Sejarah selalu menuntut pembaruan. Syekh Yusuf mewakili religiusitas. Jend (purn) M. Yusuf mewakili ketegasan dan keberanian. Habibie mewakili kecerdasan. JK mewakili kekuatan ekonomi dan rekonsiliasi politik. Dan kini, Andi Amran datang dengan sintesis dari semua itu.

‘Ayam Jantan dari Timur’ tidak pernah mati. Ia hanya berubah wujud dalam zaman yang berbeda. Dan hari ini, namanya adalah Andi Amran Sulaiman.

  • Bagikan

Exit mobile version