UPT Perlindungan Perempuan dan Anak DP3A Dalduk Sulsel Intensif Dampingi Perawatan Anak Korban Pelecehan Seksual di Jeneponto

  • Bagikan

MAKASSAR, RADARBONE.FAJAR.CO.ID- UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-Dalduk KB) Provinsi Sulsel terus melakukan pendampingan dan memantau secara intensif kepada korban berinisial SM berusia 7 tahun, korban kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Jeneponto.

Kondisi SM tengah menjalani perawatan dan diobservasi di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Unhas didampingi Ibu korban dan Kepala Seksi Tindak Lanjut UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulsel.
 
“Kondisi terkini korban saat ini masih dipantau, diobservasi, juga sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa supaya segera bisa ditindaki hari ini,” jelas Kepala UPT PPA Dinas Sulsel, Meisy Papayungan, Senin, 1 Agustus 2022.
 
Meisy mengatakan, korban dirujuk dari Kabupaten Jeneponto pada Senin (1/7) pukul 4 subuh. Kemudian korban segera didampingi melalui Kepala Seksi Tindak Lanjut UPT PPA Sulsel hingga saat ini tengah menjalani perawatan medis di RS Unhas.
 
“Pasien dirujuk jam 4 subuh, kami terima informasi jam 6 pagi segera sudah ada tim di sana, ada kepala Seksi Tindak Lanjut UPT PPA Sulsel, kemudian tadi juga saya sudah berkoordinasi langsung dengan pihak rumah sakit untuk bagaimana penganan selanjutnya,” tutur Meisy.
 
Ia melanjutkan, selain berfokus pada tindakan medis yang akan diberikan kepada korban, pihak UPT PPA juga mendampingi Ibu korban baik dalam berkonsultasi dengan pihak rumah sakit maupun menyediakan kebutuhan spesifik bagi korban dan keluarganya.
 
“Sekarang ini kami fokus pendampingan untuk tindakan medis korban, kami juga mendampingi keluarga yakni orang tua korban, karena tidak tau tindakan-tindakan apa yang harus diambil jika konsul dengan dokter, beliau juga masih trauma dan sedih kaget anaknya menjadi korban,” tutur Meisy.
 
“kami juga sudah antisipasi dengan menyediakan kebutuhan spesifik, baik pakaian, susu, apapun kebutuhan spesifik kami sudah siapakan,”sebutnya.
 
Meisy menuturkan, korban saat ini masih lebih banyak diam sehingga tim berusaha berkomunikasi agar korban tidak merasa ketakutan dan keluarganya tidak merasa sendiri menerima ujian ini. Untuk itu, lanjut Meisy, segera setelah seluruh tindakan medis selesai dilaksanakan kepada korban, proses pendampingan akan dilanjutkan dengan perawatan kondisi mental korban melalui psikolog.
 
“Anaknya lebih banyak diam, kami coba alihkan perhatiannya agar tidak ketakutan, nah saat ini kami utamakan penanganan medis sambil pendampingan, jadi orang tuanya tidak merasa sendiri. Nanti pasca operasi baru psikolog diturunkan,”.(*)

  • Bagikan