RADARBONE.FAJAR.CO.ID--Kemacetan pernah terjadi di poros Bone Wajo mulai dari Jembatan Cabalu hingga jalan masuk ke kampus II IAIN Bone, Sabtu 16 Desember 2023.
Penyebabnya, pengendara yang berebut solar dan Pertalite Subsidi hingga antrian kendaraan mengular hingga ke badan jalan.
"Saya sudah hampir tiga jam disini pak. Tidak bisa bergerak kendaraan," kata Rosman salah salah seorang pengemudi kampas (Mobil dengan bak tertutup).
Terlihat truk enam roda juga ikut mengantri di badan jalan. Jadinya kendaraan sulit terurai.
Diketahui, sejak beberapa hari terakhir hampir di semua SPBU di Bone terjadi antrian solar yang sangat parah. Belakangan diduga kuat Kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) solar subsidi dimainkan oleh para mafia di Bone. Ironisnya lagi, polisi seakan terkesan tutup mata dengan kondisi ini.
Diketahui, setelah Kota Makassar, daerah dengan kuota BBM paling banyak yakni Kabupaten Bone. Kuota solar untuk Bone
mencapai 60.500 KL dan pertalite 96.356 KL.
Ketua Komisi II DPRD Bone, A Muh Idris Alang menegaskan, alur distribusi solar subsidi di Kabupaten Bone harus dibenahi. Ia menegaskan, kuota solar subsidi di Bone sangat besar, namun ironisnya, justru industri besar yang menikmati.
"Padahal, solar subsidi ini sejatinya diperuntukkan untuk petani kecil, masyarakat ekonomi menengah kebawah maupun nelayan. Tetapi, bisa dilihat sendiri hasil rapat kerja kemarin, berbagai fakta dugaan permainan solar subsidi merebak. Bahkan diduga ada keterlibatan oknum APH," tegas Wakil ketua TKD Prabowo-Gibran Kabupaten Bone itu.
Ia menegaskan, pihaknya dalam waktu dekat akan berkunjung ke Ditjen Migas dan Polda Sulsel sebagai tindaklanjut hasil rapat dengar pendapat umum kemarin.
"Kita ingin pengawasan distribusi solar subsidi ini lebih efektif lagi. Kasihan masyarakat harus antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan lima liter solar. Ini tidak adil," tegasnya.
Termasuk tegas dia, memastikan solar subsidi ini tepat sasaran. "Jangan sampai solar subsidi untuk Bone justru dinikmati oleh perusahaan tambang di Morowali. Kita ingin pengawasan yang lebih ketat lagi," tegasnya.
Sebelumnya, Ratusan nelayan di Kabupaten Bone resah. Mereka kesulitan melaut lantaran sulitnya mendapatkan solar bersubsidi. Diduga kuat, BBM tersebut dinikmati oleh perusahaan perusahaan tambang baik di Bone maupun di luar Kabupaten Bone. Fakta ini mencuat saat rapat kerja Komisi II DPRD Bone, Selasa 12 Desember kemarin.
Awalnya pemilik SPBU yang dihadirkan mengaku jika mereka melayani pengisian jerigen berdasarkan rekomendasi yang masuk. Itupun rekomendasi yang diklaim pemilik SPBU sudah tercantum barcode. "Jadi kami tidak mungkin memberikan solar subsidi ketika mereka tidak mengantongi rekomendasi dari dinas terkait," kata Supriadi manajer SPBU Ahmad Yani.
Pernyataan pihak SPBU ini langsung ditanggapi oleh para nelayan dari HSNI dan ANPS.
Salah seorang pewakilan nelayan, Yus terang-terangan menyebut adanya permainan solar subsidi di sebagian besar SPBU di Kabupaten Bone. Permainannya itu justru dari rekomendasi yang dikeluarkan. "Justru itu rekomendasi yang dimainkan. Satu rekomendasi digunakan oleh dua sampai tiga orang," tegasnya.
Nelayan asal Lonrae ini menegaskan, kelangkaan solar di Bone bukan karena stok yang kurang. Tetapi jatah yang harusnya untuk nelayan, dinikmati oleh perusahaan tambang besar di Morowali dan Sulawesi Tenggara.
"Dan saya tahu betul, bapak pemilik SPBU ini dibekingi semua sama oknum-oknum baju hijau dan cokelat. Saya tahu ini manajer ini semua ada bekingannya," ucapnya.
Ia menegaskan, di daerah Cellu, ada oknum yang menimbun solar subsidi kemudian disalurkan ke mobil tangki warna biru yang selanjutnya dikirim ke perusahaan-perusahaan tambang.
"Termasuk, ada mobil truk bawa ratusan jerigen solar ke Kendari lewat Pelabuhan Bajoe. Makanya saya minta dihadirkan kapolres supaya oknum-oknumnya itu ditindak. Itu petugas SPBU lebih banyak nadapat tip dari isi jerigen itu. 100 persen ini fakta. Ada oknum bekingin dari baju cokelat dan hijau," tegasnya.
Lain lagi yang disampaikan nelayan lainnya, Hamzah. Ia mengaku kadang antri dari pagi tetapi tidak mendapat solar subsidi. "Sebenarnya bisa dicek pak, itu tambang galian C di Bone dan eskavator semuanya gunakan solar subsidi. Jatah kami nelayan kecil justru yang nikmati pengusaha besar," ucapnya.
Fakta lain juga diungkapkan perwakilan ANPS lainnya, Ikbal. Ia menegaskan, ada main mata antara pihak SPBU denga mafia solar.
"Kemarin ada SPBU di Bone ditegur BPH Migas karena itu CCTV menghadap keluar bukan menghadap ke pengisian. Kalau ini terus dibiarkan, kasihan teman-teman nelayan pak. Mereka antri solar berjam-jam sementara ada mobil pickup yang mengangkut puluhan jerigen justru itu yang diprioritaskan dilayani," tegasnya.