Pemilu serentak telah usai. Para pemimpin baru di tingkat daerah maupun nasional kini mulai menjalankan amanah rakyat.
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2025, masyarakat berharap pendidikan kembali menjadi perhatian utama bukan sekadar topik kampanye, tapi prioritas nyata dalam pembangunan.
Tema Hardiknas tahun ini, "Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua", terasa relevan dengan kondisi di lapangan.
Di banyak daerah, terutama di pedesaan, pendidikan masih menghadapi tantangan: keterbatasan guru, fasilitas yang belum memadai, dan kesenjangan digital yang nyata. Namun di balik tantangan itu, harapan tetap tumbuh.
"Kami tidak menuntut yang muluk-muluk. Cukup anak-anak kami bisa belajar dengan layak, guru diperhatikan, dan sekolah diperbaiki secara bertahap," ujar Irham Ihsan, ketua Sompung Lolona Cenrana
Guru honorer dan Tenaga Kependidikan (Tenaga Administrasi Sekolah, Bujang Sekolah dan Tenaga Pustakawan) masih menanti kejelasan status
Pemerintah telah mengumumkan beberapa program, seperti bantuan untuk guru honorer dan renovasi infrastruktur sekolah.
Langkah ini disambut baik, namun masyarakat berharap agar kebijakan tersebut berlanjut, merata, dan tepat sasaran.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tidak kekurangan potensi yang dibutuhkan adalah konsistensi. Setelah hiruk-pikuk pemilu, inilah saat yang tepat bagi para pemimpin untuk menunjukkan komitmen mereka.
Pendidikan adalah pondasi masa depan; dan masa depan tidak bisa menunggu terlalu lama.
Hardiknas tahun ini bukan hanya peringatan, melainkan ajakan bersama untuk bergerak dari janji menuju bukti.
Sejalan dengan nilai-nilai kearifan lokal Bugis, seperti sipakatau (saling memanusiakan), sipakainge’ (saling mengingatkan), dan sipakalebbi’ (saling menghargai).
Pendidikan, dalam pandangan masyarakat Bugis, bukan hanya sarana mencari ilmu, melainkan jalan menuju kehormatan hidup (mappatuo), baik secara pribadi maupun kolektif sebagai bangsa.