Oleh: Andi Adi S Temmattumpa
Sampah masih menjadi persoalan pelik di berbagai daerah, tak terkecuali di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Meski berbagai imbauan telah dipasang di ruang publik, perilaku membuang sampah sembarangan masih kerap ditemui.
Permasalahan ini tidak hanya berdampak pada estetika lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan dan bencana, seperti banjir akibat tersumbatnya saluran air. Dalam konteks sosial, kepedulian terhadap sampah adalah bagian penting dari kesalehan sosial—tanggung jawab bersama untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan demi generasi mendatang.
Realitas Sampah di Bone: Tantangan dan Kesadaran
Setiap hari, tumpukan sampah rumah tangga dan limbah plastik menghiasi sudut-sudut kota dan desa di Bone. Padahal, pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah berupaya menyediakan fasilitas pengelolaan sampah dan rutin melakukan pengangkutan. Namun, rendahnya kesadaran sebagian masyarakat masih menjadi hambatan utama.
Tidak sedikit warga yang menganggap urusan sampah adalah tugas pemerintah semata, padahal masalah ini membutuhkan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat.
Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, secara konsisten menunjukkan kepeduliannya terhadap isu ini. Bahkan, ia kerap turun langsung membantu petugas kebersihan mengangkut sampah di sejumlah kelurahan di Kota Watampone. “Persoalan sampah bukan hanya tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Mari kita mulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya dan memilah antara sampah organik dan non-organik,” tegasnya dalam sebuah aksi bersih-bersih baru-baru ini.
Studi Tiru ke Pangkep: Inspirasi Pengelolaan Sampah Modern
Komitmen pemerintah Kabupaten Bone untuk mencari solusi nyata terlihat dari langkah Bupati Andi Asman Sulaiman yang melakukan studi tiru ke Kabupaten Pangkep, Sabtu (5/4/2025). Didampingi jajaran DLH, kunjungan ini bertujuan mempelajari sistem pengelolaan sampah modern yang diterapkan di Kecamatan Ma’rang, Pangkep. Di sana, sampah rumah tangga tidak lagi hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), melainkan diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF)—bahan bakar terbarukan pengganti batu bara yang dipasok ke PT Semen Tonasa.
Menurut Kepala DLH Bone, Dray Vibrianto, sistem di Pangkep sangat efisien mulai dari pendistribusian, pemilahan, hingga konversi sampah menjadi energi alternatif. “Model pengelolaan sampahnya menjadi produk bahan bakar terbarukan pengganti batu bara dan bagaimana produk tersebut diterima oleh PT Semen Tonasa sebagai energi alternatif,” jelasnya.
Bupati Bone pun terkesan dan bertekad mengadopsi sistem serupa. “Ini luar biasa. Kita ingin Bone juga punya sistem pengelolaan sampah seperti ini. Sampah tak harus berakhir di TPA. Sampah bisa menjadi sumber ekonomi baru, apalagi jika kita bisa mengolah plastik dan limbah lainnya menjadi sesuatu yang bernilai,” ujar Bupati Andi Asman Sulaiman.
Mimpi Besar: Sampah Menjadi Berkah
Langkah studi tiru ini menandai awal dari mimpi besar Kabupaten Bone untuk menghadirkan ekosistem pengelolaan sampah yang mandiri dan produktif. Bupati Asman menegaskan, ke depan sampah di Bone harus membawa keberkahan, bukan sekadar masalah lingkungan.
“Kita ingin ke depan, sampah di Bone membawa keberkahan. Mengubah masalah lingkungan menjadi peluang kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.
Inovasi pengelolaan sampah seperti di Pangkep membuktikan bahwa sampah tidak melulu menjadi beban, melainkan bisa menjadi sumber energi dan ekonomi baru jika dikelola dengan baik. Semua proses, mulai dari pemilahan hingga konversi menjadi RDF, berjalan efisien berkat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor industri.
Peran Masyarakat: Dari Kesalehan Sosial Menuju Aksi Nyata
Namun, keberhasilan pengelolaan sampah modern tidak akan tercapai tanpa perubahan perilaku masyarakat. Kesalehan sosial harus diwujudkan dalam aksi nyata: membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah di rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta aktif dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan.
Pemerintah daerah telah memberi contoh dan membuka jalan, kini saatnya masyarakat Bone mengambil bagian dalam solusi.
“Lingkungan yang bersih adalah hak setiap orang dan tanggung jawab bersama. Menjaga kebersihan bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga bentuk ibadah yang mendatangkan manfaat dunia dan akhirat,” ujar Bupati Bone dalam salah satu kesempatan.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, mimpi Bone untuk mengubah sampah menjadi berkah bukanlah hal yang mustahil. Mari jadikan kepedulian terhadap sampah sebagai bagian dari budaya dan nilai keimanan, demi Bone yang lebih bersih, sehat, dan sejahtera.