Tradisi Jemaah Haji Bone Usai Ibadah Di Tanah Suci, Bersolek Bak Pengantin Baru, Disambut Bak Raja

  • Bagikan

BONE, RADARBONE.FAJAR.CO.ID--Masjid Al Markaz Al Ma'rif malam itu Minggu 31 Agustus 2022, mendadak riuh. Jemaah haji Bone yang baru saja turun dari bus, tampak sumringah. Sembari menyeret tas jinjingan, mereka menebar senyum ke sanak saudara.

Ratusan warga yang sedari sore menunggu kedatangan keluarganya dari tanah suci Mekkah, langsung berkerumun saat bus yang mengangkut jemaah haji tiba di Masjid Al Markaz sekira pukul 22.00 Wita.

Tak serupa dengan pakaian penumpang biasanya, para wanita yang umumnya telah berusia lanjut ini tampak mengenakan pakaian warna-warni, songkok haji, hingga kerurudung yang dipenuhi manik. Gincu tebal, bedak, sampai perona pipi tak lupa dibubuhkan pada wajahnya.

Para pria berbeda lagi, dengan gamis panjang (thawb) dan penutup kepala (khefiyyeh), mereka berjalan bak warga Arab Saudi. Jadilah suasana masjid malam itu, ibarat pesta pernikahan.

Rupanya mereka bersolek saat bus yang mengangkut para jemaah singgah di salah satu rumah makan di daerah Maros.

Mereka langsung mengenakan pakaian yang sedari awal sudah disiapkan. Pakaian itu dibeli saat hendak berangkat ke tanah suci.

Salah seorang jemaah haji, Allang mengaku bersyukur bisa tiba dengan selamat di tanah kelahirannya. "Alhamdulillah, hajjina (Saya sudah berhaji)," ujarnya sembari menyerahkan tas jinjingnya ke salah satu keluarga yang sudah menunggu di masjid Al Markaz.

Kemeriahan tak sampai di situ, setibanya di kampung halaman para jemaah haji ini disambut layaknya selebriti. Membuat pagelaran hingga syukuran lainnya dengan berkumpul bersama. Bagi kultur mereka, haji tak sebatas ibadah, melainkan simbol kenaikan status sosial di masyarakat.

 Momen ini rupanya bukan hal baru bagi warga Sulawesi Selatan yang baru saja menunaikan ibadah haji di Mekkah. Mappatoppo atau lebih tepatnya wisudah haji, adalah tradisi Bugis-Makassar yang konon sudah dilakukan sejak dulu.

 Sebagaimana wisuda sarjana, mungkini inilah yang ada di benak para jamaah haji. Mesti memoles wajah dan penampilan lantaran telah memiliki gelar baru. Adat ini rupanya dianggap sangat istimewa bagi kebanyakan masyarakat setempat, utamanya yang berasal dari daerah.

*

ReplyForward
  • Bagikan